1. STABILIZATION POLICY
A. Perbedaan pandangan para ahli ekonomi tentang bagaimana seharusnya para policymaker merespon siklus bisnis !!!
Sebagian ekonom memandang perekonomian tidak stabil secara inheren. Mereka berpendapat bahwa perekonomian sering mengalami guncangan pada penawaran agregat dan permintaan agregat. Kecuali para pembuat kebijakan menggunakan kebijakan moneter atau kebijakan fiskal untuk menstabilkan perekonomian, guncangan ini akan menyebabkan fluktuasi yang tidak perlu dan tidak efisien dalam output, pengangguran serta inflasi. Kebijakan makroekonomi seharusnya condong melawan angin yang mendorong perekonomian ketika mogok dan memperlambat perekonomian ketika mesinnya terlalu panas.
Sebagian ekonom lain berpendapat bahwa perekonomian stabil secara alamiah. Menurut mereka, kebijakan ekonomi yang buruklah yang menyebabkan fluktuasi besar dan tidak efisien. Kebijakan ekonomi seharusnya tidak berusaha menyetel perekonomian.
B. Kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan pengambilan kebijakan stabilisasi !
Kendala yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan adalah masalah kelambanan atau kesenjangan waktu yang sulit diprediksi sehingga sulit dalam melakukan kebijakan moneter ataupun kebijakan fiskal.
Kelambanan tersebut terbagi 2 yaitu kelambanan dalam dan kelambanan luar. Kelambanan dalam adalah waktu antara guncangan perekonomian yang terjadi dengan tindakan kebijakan dalam menghadapinya. Hal ini terjadi karena para pembuat kebijakan membutuhkan waktu untuk menyadari bahwa sebuah guncangan telah terjadi dan kemudian mengeluarkan kebijakan yang tepat. Sedangkan kelambanan luar adalah waktu antara tindakan kebijakan dengan pengaruhnya terhadap perekonomian. Hal ini terjadi karena kebijakan yang dibuat tidak segera memberi pengaruh terhadap pengeluaran, pendapatan, dan kesempatan kerja.
C. Pengertian dari Automatic Stabilizer
Automatic stabilizer adalah suatu kebijakan yang dirancang untuk menstimulasikan atau memberi rangsangan ataupun untuk menekan perekonomian ketika diperlukan tanpa adanya perubahan kebijakan yang disengaja.
D. Hubungan antara kepercayaan dan proses politik dengan proses pengambilan kebijakan.
Sebagian ekonom percaya bahwa kebijakan ekonomi terlalu penting untuk dilimpahkan kepada kebijaksanaan para pembuat kebijakan. Namun sebagian ekonom lain memandang proses politik tidak menentu, barangkali karena proses politik mencerminkan pergeseran kekuasaan dari kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan khusus. Selain itu, ilmu makroekonomi adalah ilmu yang rumit sehingga para politisi seringkali tidak cukup ilmu yang memadai untuk membuat penilaian yang tepat dan akurat. Bahkan bisa memungkinkan muncul keputusan yang tidak sesuai dengan kesejahteraan rakyat tetapi menurut kepentingan dari para politisi tersebut. Ketidak percayaan terhadap proses politik menyebabkan sebagian ekonom menganjurkan penempatan kebijakan ekonomi di luar realitas politik
E. Persoalan inconsistensi waktu dalam discretion policy
Kita bisa mempercayai para policymaker dalam menetapakan kebijakannya dibandingkan kebijakan yang bersifat baku. Kebijakan berdasarkan kebijaksanaan biasanya lebih bersifat fleksibel sepanjang para polycymaker bertindak cerdas dan penuh kebajikan. Namun muncul masalah inkonsistensi waktu dari kebijakan tersebut. Yaitu tidak konsistennya para pembuat kebijakan terhadap kebijakan yang telah mereka tetapkan dikarenakan waktu yang menggoda mereka untuk melanggar kebijakan tersebut dikarenakan dampak dari kebijakan yang ditempuh tidak berarti bagi sasaran kebijakan.
2. CONSUMPTION THEORY
A. Teori Konsumsi JM Keynes serta kritikan terhadap teori tersebut
Keyness membuat dugaan-dugaan tentang fungsi konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual antara lain : Pertama adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal (MPC) adalah antara nol dan satu artinya ketika orang menerima uang yang lebih banyak, mereka cenderung mengkonsumsi sebagian dan menabung sebagian. Kedua adalah kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (APC) turun ketika pendapatan naik artinya mereka yang mempunyai uang yang banyak cenderung menabung dalam jumlah yang besar dibandingkan orang-orang yang mempunyai uang sedikit. Ketiga adalah pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peran penting. Hal ini bertentangan dengan paham klasik yang menganggap bahwa tingkat bunga yang tinggi akan mendorong tabungan dan menghambat konsumsi.
Setelah keyness mengeluarkan teorinya tersebut, para peneliti mensurvei rumah tangga dan mengumpulkan data tentang konsumsi dan pendapatan dan menghasilkan kesimpulan bahwa apa yang diungkapkan keyness adalah benar. Namun pada saat terjadi perang dunia kedua, para ekonom beralasan bahwa bila pendapatan dalam perekonomian tumbuh sepanjang waktu maka rumah tangga akan mengkonsumsi bagian yang semakin kecil dari pendapatan mereka. Para ekonom ini memprediksikan akan terjadinya stagnasi sekuler yaitu depresi panjang dalam durasi tanpa batas. Setelah perang dunia kedua selesai, apa yang diramalkan keyness bahwa APC akan turun ketika pendapatan naik tidak terjadi.
Kemudian Simon Kuznet membangun data agregat konsumsi dan pendapatan yang baru. Ia menemukan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan cenderung stabil dari dekade ke dekade atau hampir konstan selama periode waktu yang panjang. Lagi-lagi dugaan keyness meleset. Kesimpulannya bahwa dugaan keyness itu berlaku dalam jangka pendek tetapi jika dalam jangka panjang, APC cenderung konstan.
B. Optimasi atau bagaimana konsumen memaksimumkan kepuasan dengan pilihan konsumsi dalam teori konsumsi Intertemporal Choice Irving Fisher serta bagaimana perubahan pendapatan mempengaruhi konsumsi dengan teori ini.
Optimasi adalah kepuasan konsumen dalam memilih kombinasi konsumsi mereka yang terbaik dan lebih mereka sukai dalam dua periode (masa sekarang dan masa depan). Konsumen akan mencapai tingkat kepuasan yang tertinggi dengan mengkonsumsi pada batas anggaran kurva indiverens tertinggi yang menyinggung garis batas anggaran.
Ketika pendapatan berubah dari Y1 ke Y2 akan menggeser batas anggaran ke kanan sehingga batas anggaran menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Hal itu memungkinkan konsumen untuk memilih kombinasi yang lebih baik dari periode sebelumnya sehingga konsumen lebih banyak melakukan konsumsi pada periode ke dua. Kesimpulannya adalah bahwa konsumsi tergantung pada pendapatan sekarang dan pendapatan masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar